Monday, March 10, 2008


Beda Persepsi


Alkisah menceritakan hidmahnya seorang murid kepada gurunya. Si murid bernama Saleh yang kebetulan sudah lama merantau di jakarta, dan kebetulan berhasil dari sisi finansial berniat berhidmah kepada gurunya yang tinggal dipedalaman kabupaten malang jawa timur.

Saleh membelikan sang Guru sebuah Handphone keluaran terbaru yang belum banyak orang indonesia punya. Walhasil datanglah si saleh di kediaman sang guru, setelah sekian lama berbincang sebelum pamit saleh mengeluarkan hanphone tersebut sambil berkata," Ini Kyai ada sedikit Rizqi saya belikan handphone untuk kyai, tinggal nunggu kerring langsung bisa dipakai". Jawab sang kyai," Alhamdulillah Jazakalloh smoga usahamu tambah berkah" sambil memegang handphone tersebut dan mengelus-elus dengan sorban beliau.

Setelah sang murid pulang, kebetulan bu nyai keluar tuk sekedar bersih-bersih rung tamu. kyai berkata," bu nyai ini ada pemberian dari murid kita, tolong di lap (basuh dengan kain kering) dan dijemur". diturutinya perintah dari sang suami dan mulailah HP tersebut di lap dan dijemur.

Sekian hari tlah berlalu HP tersebut masih saja di bersihkan dengan sorban sang kyai dan dijemur, hingga mengundang perhatian sang anak. berkatalah sang anak," Abah knapa dengan hanphone-nya". Abah," ini lagi di lap dan dikeringkan". Anak," Itu HP yang dikasih dari kang saleh kan?". Abah," iya". Anak," memang kang saleh pesan apa waktu ngasih HP itu ke abah". Abah," itu, katanya tinggal nunggu kering lalu bisa digunakan". anak," HA.....ha......ha.....ha.....". Abah," loh knapa kamu tertawa?". Anak," Abah....abah, kang saleh kan orang madura. beliau tidak bisa bilang kring tapi kerring.

Walhasil smua tertawa. Wallohua'lam

Tuesday, November 27, 2007


Original message from farah:

TUJUH AYAT CINTA

1. Bismillahhirrahmannirrahim: pada
tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

2. Alhamdulillah: pada tiap-tiap habis
melakukan sesuatu.

3. Astagfirrullah: jika tersilap
mengatakan sesuatu yang buruk.

4. Insyaallah: jika ingin melakukan
sesuatu pada masa akan datang.

5. Lahaulawalaquataillahbillah: bila
tidak dapat melakukan sesuatu yang agak
berat atau melihat sesuatu yang buruk.

6. Innalillah: jika menghadapi musibah
atau melihat kematian.

7. Laailaahaillallah: bacalah sepanjang
siang dan malam sebanyak-
banyaknya.amalkanlah selalu moga-moga
kita tergolong dikalangan orang yang
terpilih oleh Allah.

Sunday, December 24, 2006

Belum Haji Sudah Mabrur

Oleh : Ahmad Tohari

Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah
tetangga kami.
Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai
(SLT) yang
kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu
tahun jumlah
uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2
juta. Yu
Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya
berlantai
tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri.
Bahkan status
tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik
sendiri.

Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan
tidak menikah.
Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat
miskin, ditambah
yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki
manapun. Jadilah
Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara. Dulu
setelah remaja
Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta.
Namun,
seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah
tidak laku di
pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung
kami. Para
tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah
bersama emaknya
yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah
tetangga yang
bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.

Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka
ia berjualan
nasi bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri yang
sedang mondok di
pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi
Yu Timah
bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun
bersama emaknya.
Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang
kemenakan. Dia
biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak
itu harus cari
makan. Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah
tangga dan
lagi-lagi terdampar di Jakarta. Sudah empat tahun terakhir
ini Yu Timah
kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan
hidupnya dengan
berjualan nasi bungkus. Untung di kampung kami ada
pesantren kecil. Para
santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi
seperti yang
dijual Yu Timah.

Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira
pasti dia mau
bicara soal tabungan. Inilah hebatnya. Semiskin itu Yu
Timah masih bisa
menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya
ikut jadi
pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor.
Katanya, malu
sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung Rp
5.000 atau Rp 10
ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu
Timah bisa
setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan sejak itu saya
melihat Yu Timah
memakai cincin emas. Yah, emas. Untuk orang seperti Yu
Timah, setitik
emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri. Saldo
terakhir Yu
Timah adalah Rp 650 ribu.

Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya.
Malah maunya
bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.
''Pak, saya mau mengambil tabungan,'' kata Yu Timah dengan
suaranya yang
kecil.
''O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank
kita sudah
tutup.
Bagaimana bila Senin?''
''Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa.''
''Mau ambil berapa?'' tanya saya.
''Enam ratus ribu, Pak.''
''Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?''

Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum
malu-malu.
''Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu
saya tambahi
dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu
kambing.''

Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan
dia mengulangi
kata-katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak
memberikan
tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan
memberikan uang
tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat
terkesan oleh
keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.

''Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan
sebesar enam ratus
ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu
Timah bahkan
wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih
berada. Jadi,
apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak
membeli kambing
kurban?''

''Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin
berkurban. Selama
ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya
ingin jadi
pemberi daging kurban.''

''Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank
kita.''
Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya
berbinar. Lalu minta
diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.

Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri. Kapankah Yu
Timah
mendengar, mengerti, menghayati, lalu menginternalisasi
ajaran kurban
yang ditinggalkan oleh Kanjeng Nabi Ibrahim? Mengapa orang
yang sangat
awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi sehingga
rela
mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini
muncul karena
umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah
watak
orangnya. Mungkin saya juga begitu. Ah, Yu Timah, saya
jadi malu. Kamu
yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji,
namun kamu sudah
jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi
uangmu tidak
kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus.
Uangmu malah kamu
belikan kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang
dokter makan
daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya
ingin menikmati
daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga.
Mudah-mudahan kamu
mabrur sebelum kamu naik haji.

"Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim,laki2 dan
perempuan mukmin,laki2 dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki2 dan perempuan yang benar,laki2 dan
perempuan yang khusyuk,laki2 dan perempuan yang
bersedekah, laki2 dan perempuan yang berpuasa, laki2 dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki2 dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar " (
QS 33 : 35

Thursday, December 07, 2006


BEDA STANDART

Fenomena menarik bulan ini tuk pelajaran agamaku, disatu sisi heboh pernikahan kedua Aa’ Gym yang di gelari seorang ulama/ustd/kyai meski beliau tidak mau menyandang gelar seperti itu. Disisi lain hebohnya Clips PORNO anggota Dewan Fraksi Golkar dengan salah satu penyanyi dangdut yang khabarnya juga aktifis partai yang sama.

Direkan-rekan kantor banyak penilaian miring, baik untuk kasus Aa’ begitu juga dengan kasus anggota DPR tersebut. Belum lagi dilingkungan rekan-rekan bisnis, lingkungan dirumah, juga komunitas dikendaraan umum. Padahal secara kasat mata itu jelas-jelas dua kasus yang berbeda terlepas dari niat yang melatar belakanginya. Tidakkah kalian sadari?

Kita lupakan sebentar kasus tersebut diatas, beberapa minggu yang lalu seiring dengan kepastian di PHK masalnya saya beserta seluruh rekan-rekan di PT. Cardig Air yang telah 3 tahun mengabdi diperusahaan tersebut, saya berkunjung ke rumah salah seorang rekan yang baru tergabung dalam komunitas pengajian 2 bulanan yang kami adakan rutin. Kebetulan juga suami beliau beda agama, meski sekilas sang istri terlihat seperti dari background keuarga yang taat beragama.

Saat mendekati gerbang rumah kediaman rekan itu, terpampang sekitar 4 mobil berbeda merk dan type dengan corak yang juga berbeda. Decak kagum terlontar sebagai orang kebanyakan yang memiliki naluri sama. Cuma tak lama berselang saya sembunyikan kekaguman itu dalam hati, sambil berlalu setelah amanah sudah tersampaikan meski lewat ajudan (salah satu pembatu).

Beberapa hari berikutnya giliran silaturahmi ke salah satu rekan yang lain, yang kebetulan secara kehidupan biasa-biasa saja. Dalam pembicaraan mengenai kegiatan rutin yang kita adakan 2 bulan sekali ini terselip juga info bisnis kecil-kecilan yang berencana kita ingin lakukan, terlontar juga pengalaman sebelumnya atas kekaguman saya terhadap kemewahan yang dimiliki rekan saya sebelumnya.

Rekan saya kali ini hanya berkomentar,” BEDA Standart” lalu disusul komentar penjelas kalimat tadi.

Rekan: ‘Saya ndak kaget kalo’ kekayaannya seperti itu beda dengan antum, karena memang standartnya beda.

Saya masih belum faham sesungguhnya dengan apa yang dimaksud rekan saya tadi, sampai akhirnya beliau mengambil sebuah contoh yang kebetulan saya sendiri sebagai executornya (pengambil keputusan). Kebetulan di Cardig air saya dipercaya sebagai orang pengadaan yang kebetulan juga kerja single fighters, tuk semua jenis pengadaan terkecuali beberapa item, itupun dikarena keinginan dewan direksi. Dari situ saya mulai faham apa yang dimaksud rekan saya tadi. Batapa tidak meski gaji saya jauh dibawah rekan-rekan yang lain, meski pendidikan dan pengalaman mereka banyak juga yang dibawah saya. Tapi jika saya berkehendak ceperan/sabetan (income diluar gaji) bisa melebihi rekan-rekan saya yang lain dengan memanfaatkan posisi saya sebagai single fighter dalam proses pengadaan. Jujur saja dari item percetakan/printing jika pemesanan dapat rutin baik jumlah dan kwantity per bulan saya dapat mengantongi minimal 1,5 juta. Tanpa saya harus bagi-bagi dengan anak buah atau atasan. Karena memang saya tidak punya anak buah atau team, disamping atasan saya juga bukan

orang yang expert dalam bidang pengadaan (procurement profesional). Belum lagi item lain, office supplay (PC unit, periperal, stasionary, electronic/faxs/TV, etc), Cargo Supply (pallet, Straps, net, plastic,etc), Operasi support (GPS, jappessen/panduan rute, radio HT, phone satelite, etc). Ada kurang lebih 10000 list item, bisa anda bayangkan berapa mobil yang bisa saya peroleh dalam waktu yang singkat. Dari situ makin tergambar apa makna “BEDA STANDART” dalam segala hal di kehidupan saya utamanya, mungkin juga anda yang membaca tulisan ini.

Kembali ke 2 kasus di alenia pertama diatas, jika pernikahan ke 2 Aa’ gym juga ingin kalian anggap suatu kasus. Bahwasannya opini yang tercipta tidak beda dengan standart yang kita jalani dan yakini. Artinya jika kita memang terikat dengan hukum syar’I sebagai seorang muslim, kita tidak akan dengan mudahnya memojokkan beliau (Aa’ gym) terlepas dari niat awal beliau. Yang bisa dipastikan bahwa car yang beliau lakukan adalah cara yang sesuai dengan ukum syar’I (sesuai Agama+di Ridhoi Alloh). Coba anda bandingkan dengan cara yang dilakukan oleh kasus kedua yang nota bene beliau+siperempuan adalah seorang yang beragama ISLAM bahkan kelahiran madura yang nota bene memiliki harga diri beragama tinggi lewat budaya-budaya yang mereka ciptakan.

Sudah adilkan anda menyikapi, apa sumbangsih anda terhadap agama ini jika orang lain sudah berani mengambil keputusan BERAT tuk menyelesaikan salah satu masalah ummat dengan cara berbagi dengan proses menikah tuk kedua kali. Tidakkah anda malu jika Aa’ gym sebagai contoh manusia biasa berusaha sekuat tenaga memperbesar rasa tanggung jawabnya dengan menikah lagi membagi lahir bathinnya bathin, dengan 2 buah keluarga besar dan 2 wanita terhormat baik dari sisi pendidikan, financial dan keturunan terlebih agamanya.

Ada kekaguman saya yang teramat sangat pada te’ nini (istri -1 Aa’ Gym) bukan cuma terhadap ke ridhoan beliau terhadap keputusan sang suami, kan tetapi lebih dari itu. Mungkin jika anda kaum wanita yang bersetatus janda (baik ditinggal mati ataupun bercerai) mampu membesarkan anak-anak tanpa meminta bantuan kaum laki-laki itu bukan apa-apa (meski tetap terasa berat dikarena tidak ideal), dikarenakan tidak ada ujian bathin tambahan dikarenakan suami tidak ada disisi (tidak real). Kan tetapi ridho dan tetap melakukan segala sesuatunya seperti sediakala bahkan lebih disaat yang sama kita rela membagi segalanya lebih dari sekedar berbagi antara kaum miskin dan kaya itu membutuhkan wadah yang memang siap dan besar. Untuk menampung smua hasyrat naluri manusia yang setiap detiknya dimotori hati yang selalu berbolak-balik.

Saya dan istri tersenyum ketika mendengar mertua perempuan yang dalam kedaan struk berkomentar, “ Aa Gym kan anaknya kan sudah banyak, ngapain sih nikah lagi paling-paling karena yang kedua lebih cantik” tidak lebih....to be continued............

HIDUP BUKAN TUK CARI ALASAN

HIDUP BUKAN TUK CARI ALASAN

Saya ingat sekali nasihat guru saya (Almh Ustad KH. Tantowi Yahya Al indramayu), ketika saya berpamitan pada beliau untuk kembali pulang ke jakarta selepas lulus sarjana di malang. Dalam pembicaraan yang kami lakukan beliau menasehati bahwa “hidup itu bukan tuk cari alasan”.

Berat terasa bathin ini meninggalkan komunitas yang  cukup lama jasad dan bathin ini terbiasa berinteraksi dalan keseharian, ditambah lagi para kyai dan orang-orang yang saya tua kan dikota malang yang sejuk dikelilingi pegunungan

Tiapkali berpamitan pada orang-orang tersebut sebelum kembali kekota, yang telah membesarkan saya di kehidupan sebelumnya selalu saja hati ini bergemuruh. Ada ketakutan yang teramat sangat pada bathin ini saat kembali berinteraksi dengan ibu kota dan para penghuninya. 

Puncak atas ketakutan tersebut adalah hilangnya keimanan dan kenyamanan yang sebelumnya sudah saya raih dengan susah payah di kota Malang. Terbayang jika kesulitan hidup kembali saya alami kepada orang tua mana keluhan/masukan keringanan akan saya tujukan. Saya merasa asing dengan ibukota yang sebelumnya pernah juga saya diami.

Nasihat salah seorang guru saya tersebutlah yang mulai membuka pintu keberanian untuk menatap segalanya yang akan saya hadapi. Di kediaman beliau di bilangan waktu gong belakang kampus brawijaya malang dimana saya dan seorang rekan meluangkan waktu untuk belajar lebih mendalam tentang islam dan ilmu-ilmu alat, guna menguatkan kemampuan yang selama ini sudah pernah saya miliki.

Saya selalu mengulang-ulang kalimat tersebut jika saya dihadapkan pada satu masalah dimana di sisi lain dari diri saya meneriakkan ketakutan akan kehilangan apa yang sebelumnya saya peroleh.

Wallohua'lam



Wednesday, December 06, 2006



(Saya perempuan…………., Saya bicara……….)

Terbalik - balik !!!
SUNGGUH terbalik - balik !!!
SANGAT terbalik - balik !!!
TERLALU terbalik - balik !!!
Seorang manusia biasa
Telah mengakui bahwa dia tidak sempurna
Sangat sederhana
Apa adanya
Berusaha melakukan dengan cara bersahaja
Berjalan di atas garis-NYA
Keluarga ikhlas menerima
Bahkan istrinya mengaku makin cinta
Katanya kembali merasakan getaran cinta pertama
DIKECAM - DIDEMA - DIKRITIK - DISINDIR bahkan DIHINA
.........
tapi,
orang yang disebut 'terhormat'
wakil rakyat,
aktifis organisasi pemuda Muslim
ketua bidang kerohanian yang melakukan kemaksiatan
malah dibela mati - matian
dianggap sebagai korban
mengundang simpati (wuih...)
kalau dia sadar hukum ISLAM, mustinya yz itu dihukum
RAJAM !!!!
(mikir atuh diiiiiik.... ..)

Maaf, kalau ada yang tersinggung dengan pernyataan
saya. Belum pernah saya se-marah dan seberdebar -
debar ini. Saya perempuan... Saya acung jempol dengan
Aa' Gym, Teh Ninih dan keluarganya. .. Semoga mereka
bahagia, selamat dunia dan akherat. Teh Rini, anda
luar biasa... tak mau terjebak dalam zina. Sabar
yaaa...

Fuzna Mz. nana_cpp@yahoo.com

Tuesday, November 28, 2006


CRITA MENUNGGU PULANG

By Abi Afaf

Keluargaku matahari ku

Slimut hangat didinginnya udara luar

Sesekali terpikir juga tuk cari yg lebih …….

Setelah kutemui realita yg ada

Keluargaku kesempurnaanku

Smakin jauh dan lama meninggalkannya

Smakin terbayang dipelupuk mata

Sesekali kadang terasa lelah juga..

Menggendong bayi dan mendengarkan curhat sayangku

Tapi buah yg kudapat…tak terhitung jumlahnya………

Aaaaaaaaaaaa………….Keluargaku hanya tuk ku

Tak perlu bayar layaknya hiburan malam

Aaaaaaaaaaaa………….Keluargaku hanya tuk ku

Tak dijual bebas layaknya botol minuman

Berbuah saat kesadaran bertambah

Tak seperti narkoba…….yg hanya bahagia bbrapa jam saja…

Menjadi spirit meski jauh dimata

Tak seperti menikmati dugem yg byk makan biaya…..

Dan meninggalkan kelelahan yg sulit diuapkan kata2

Tak perlu JAIM, tak perlu sembunyi, tak ada was-was

Kucinta keluargaku…

Bertabur cantiknya anak2ku

Jakarta, 8 April 2005

Monday, November 27, 2006



"Sebuah kebaikan"

by Abinya Afaf

aneh rasanya merubah kebiasaan
sedang kita mulai menikmati ruhnya
mungkin ada keberkahan dibalik itu, karena indraku terbatasi oleh ruang dan waktu
aku rasa kita fahami itu
dalam ruang dan waktu, dalam sisi ruang bathinku
selalu ada memory buat smua kebaikan yg pernah terlewati
akan slalu tercatat dan dibackup oleh mimpi-mimpi
pada saatnya nanti kebaikan pasti kan bertemu kembali
dalam aliran di hulu sungai firdaus
dalam naungan rahmad Alloh yg tulus

Wednesday, August 30, 2006



aku seorang pengilmu Al Quran
bukan pengamalnya
bahkan aku seorang pengecut
karena tidak mau berpindah ke lain hati (poligami momok kaum pria)

Mendiskusikan Poligami tak terlepas mendiskusikan budaya dan pandangan masyarakat. Tak ada yang menolak adanya kebolehan. Tapi yang jadi masalah adalah keberanian untuk berbagi. Baik suami maupun istri harus berbagi. Termasuk masyarakat kita ini. Bagaimana pandangan negatif poligami berupa menjadi pandangan solusi, alternatif. Dari pada punya WIL yang tak jelas jluntrungnya dan atau lari ke pelukan pelacur? Sindirian Ust Jun adalah upaya membangkitkan kita untuk menjadi pengamal al Qur'an. Tak sekedar pengilmu aja. Wahhhh, kalau kita tak merencanakan dengan baik untuk berpoligami, pasti dehhh akan banyak masalah. jadi harus ada kematang. Kematangan jiwa. Kematangan ekonomi. Kematangan sikap. Kematangan rumahtangga. termasuk Kematangan istri. Mertua. Anak-2 kita dan lingkungan kita. Semoga laki-laki yang membaca ini bukan pengecut.

Poligami sesungguhnya merupakan fitrah hidup, artinya dibenci dan dimusuhi seperti apapun praktek poligami selalu ada. Pada masayarakat Barat yang melarang poligami secara hokum, maka prakteknya banyak suami punya wanita selingkuhan. Jika ada kelompok wanita yang memiliki seterotip kepada laki-laki dengan mengatakan dasar laki-laki nggak boleh lihat jidat licin, maka perlu diketahui bahwa semua isteri muda adalah perempuan juga. Artinya pada sebagian perempuan, poligami merupakan jalan keluar, apaboleh buat menjadi isteri kedua daripada tidak.Dalam hidup tidak semua yang kita terima itu yang kita inginkan. Inginnya menjadi isteri satu-satunya, eh malah jadi isteri ketiga.

Agama Islam menempatkan poligami sebagai pintu darurat, bukan pintu yang selalu terbuka, maknanya ada memang lelaki tertentu yang memiliki potensi lebih, yang tidak cukup dengan satu isteri, atau ada kasus, yang mengantar poligami menjadi solusi, misalnya isterinya mandul. Islam menyalurkan fitrah manusia dengan aturan dan etika. Etika bagi laki-laki yang apa boleh buat menjalani poligami, ia harus berlaku adil terhadap isteri-isterinya meski adil itu sangat berat. Ada orang yang berpoligami secara jujur dan terbuka, ada yang sembunyi-sembunyi, ada yang berpoligami sekedar menuruti syahwat seksual tanpa tanggungjawab.

Berikut ini kasus rumah tangga yang menjurus pada poligami, tetapi akhirnya si lekaki mengurungkan niatnya karena sadar akan tanggungjawab. Waktu itu saya sebagai konselor keluarga, dan dia datang kepada saya sebagai klient. Kasus ini saya rekam dan saya muat di buku saya Konseling Agama Teori dan Kasus. Silahkan dibaca:
Seorang pegawai perusahaan swasta bermaksud poligami. Ia seorang sarjana ekonomi yang baru akrab dengan agama setelah bergaul dengan rekan sekerja yang kebanyakan taat beragama dan agak "fundamentalis". Lingkungan pergaulannya adalah masyarakat professional, tetapi mereka mempunyai corak keberagamaan yang cukup kental, dengan menonjolkan simbol-simbol tertentu, seperti salat awal waktu, memelihara jenggot dan juga poligami. Di lingkungan grup pengajiannya, poligami dipandang sebagai sunah Nabi yang dianjurkan, sehingga dia dengan semangat mengikuti sunnah Nabi juga bermaksud nikah lagi. Isterinya berasal dari lingkungan masyarakat pesantren, yang juga taat beragama, tetapi simbol-simbol keberagamaannya berbeda dengan lingkungan pengajian suaminya. Isterinya lebih respek kepada kyai di pesantrennya dibanding guru ngaji suaminya yang Insinyur.

Dalam hal rencana nikah lagi, terjadi peselisihan hebat antara suami isteri itu, dan menariknya masing-masing berdalil dengan agama. Suami menganggap rencana nikah lagi itu sebagai perwujudan dari mengikuti sunnah Rasul, sementara isteri memandangnya sebagai akal bulus, yakni menjadikan agama sebagai kedok untuk mencari kepuasan syahwat. Karena keduanya memang orang yang patuh kepada agama, maka pertentangan pendapat suami isteri itu disepakati untuk mencari pembenarannya. Suami memanggil guru ngajinya untuk menasehati isterinya agar patuh kepada suami, sementara isterinya mengajak suaminya silaturrahmi kepada gurunya di pesantren, sekaligus untuk meminta nasehatnya tentang rencana nikah lagi itu. Sang isteri pergi dengan semangat karena yakin pasti pak kyai, gurunya di pesantren itu pasti ada di pihaknya, dan sang suami juga semangat, karena yakin bahwa pak kyai itu lebih mengerti tentang keharusan mengikuti sunnah Rasul, apa lagi pak kyai juga berpoligami.

Anatomi masalah
Sebenarnya, sang isteri tidak bersedia dimadu, lebih didorong oleh perasaanya sebagai wanita. Ia tidak begitu antipati terhadap poligami, karena ia sendiri adalah puteri dari isteri muda seorang kyai, dan ia merasa OK-OK saja berhubungan dengan saudara-saudara tiri dan bahkan ibu tirinya. Akan tetapi dalam hal rencana nikah lagi suaminya, disamping secara naluriah ia tidak bisa menerima, ia juga tidak percaya terhadap otoritas guru ngaji suaminya yang selalu menekankan kewajiban seorang isteri harus patuh kepada suami. Di mata sang isteri guru suaminya itu bukan orang 'alim, sebagaimana juga suaminya, meskipun mereka itu sarjana dan professional, tetapi bukan dalam bidang agama.

Sementara itu, sang suami yang baru kenal agama setelah berada di lingkungan kerja baru itu merasa bahwa poligami itu mengandung nilai keutamaan agama. Ia bermaksud nikah lagi dengan semangat ibadah, dan sudah barang tentu ada juga motif kepada pengalaman baru hubungan seksual, tetapi ia sama sekali tidak mau terima jika dituduh isterinya bahwa rencana nikah lagi itu hanya akal bulus saja untuk mencari kepuasan seksual. Ia bahkan tidak pacaran dengan calon isteri keduanya itu, karena calon isterinya itu adalah orang yang dikenalkan oleh guru ngajinya. Oleh karena itu ia tanpa ragu sedikitpun untuk memenuhi permintaan isterinya silaturrahmi kepada pak kyai di pesantren.

Pasangan suami isteri itu kemudian mendatangi penulis, dan meminta penulis untuk mengantar mendampingi mereka ke desa di mana kyai itu memimpin pesantrennya.
Solusi yang ditawarkan. Ketika tiba menghadap pak kyai, setelah basa-basi seperlunya, mereka mengemukakan masalahnya. Suami mengetengahkan maksudnya dan mohon nasehatnya, dan isteri mengemukakan keberatan dan mohon bantuan agar menasehati suaminya.

Pak kyai yang 'alim ini nampaknya sangat bijak dalam menasehati mereka berdua. Pak kyai bilang, poligami itukan ajaran Islam, ada dalam al Qur'an lagi. Ayahmu kan juga isterinya dua, kata pak kyai kepada tamu wanitanya, nah, seorang muslim jika memang mampu, agama sudah barang tentu membolehkan, asal jujur. Maka nasehatku kepada anda, coba kau tanyakan kepada hati nuranimu, istafti qalbak. Nanti jika nuranimu, bukan syahwatmu sudah menjawab, ya itu artinya nasehat agama. Mendengar nasehat pak kyai itu, sang suami berseri-seri wajahnya, sementara isterinya diam agak masam muka.
Tetapi menjelang tamunya pamitan, pak kyai berkata: Memang ada tiga orang yang bisa berpoligami. Mendengar kata-kata pak kyai itu, baik sang suami maupun sang isteri nampak sangat antausias ingin mendengar lanjutannya.

Pertama, penguasa, penguasa politik atau penguasa harta, atau penguasa apa saja, karena kekuasaannya, maka ia bisa mengelola dan mengatur isteri-isterinya.
Kedua, Orang berilmu, termasuk Ulama, karena ilmu yang dalam maka ia mampu mengatasi problem yang timbul dari kehidupan berpoligami. Yang ketiga, Orang mbelosondo atau orang ngawur, dan dengan ngawurnya ia bisa saja mempunyai isteri dua, tiga atau empat sekalian.

Sekarang tanyakan kepada hati nuranimu, sampeyan termasuk yang mana.
Nasehat pak kyai yang cespleng itu nampaknya benar-benar mengena. Sepanjang pulang ke rumah dan bahkan sampai berhari-hari di rumah, laki-laki itu merenung bekerja keras bertanya kepada hati nuraninya, apakah ia termasuk orang pertama, kedua atau ketiga. Pada akhirnya ia tidak berani meneruskan rencananya, karena secara sadar nuraninya mengatakan bahwa ia tidak termasuk nomor satu dan bukan pula nomor dua. Untuk menjadi nomor tiga, ahhh...... no way katanya. (http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/08/psikologi-poligami.html)

Kata kyai dalam tulisan yang dimuat di Forum Pengajian Kantor, kita ini tipe yang mana? Ada nasehat baik dari Kyai lain: Kata Rasululallah menikah itu menyempornakan separo dari agama Anda. Jika Anda nikah satu separo agama Anda udah sempurna. Jika Anda nikah dua. Maka tambah separo lagi agama kesempurnaan agama Anda. Jika Anda tambah istri lagi, maka Anda punya celengan (simpenan) separo. Jika Tambah lagi simpanan Anda tambah separo. Jadi simpanan Anda jadi satu penuh. Satu penuh itu akan menjadi benteng keselamatan. Keselamatan dari segala cobaan. Termasuk keselamatan dari kemiskinan dan kehinaan. Itunasehat terakhir dari Kyai yang bijaksana. (http://elmawardi.blogspot.com)


7 Wasiat kepada Abu Zar Al-Ghifari
"Aku telah diperintahkan oleh khalilku (sahabatku tercinta) Nabi Muhammad SAW dengan 7 Wasiat yang harus aku pegang teguh, yaitu :

1. Aku diperintah supaya mencintai orang miskin dan mendekatkan diri kepadanya
2. Aku diperintahkan memandang ke atas
3. Dan aku diperintahkan menghubungkan silaturahmi (kasih sayang), walaupun dia telah membelakang.
4. Aku dilarang keras menadahkan tangan meminta kepada orang lain.
5. Dan aku diperintahkannya mengatakan kebenaran, meskipun pahit.
6. Dan aku diperintahkan supaya dalam menegakkan kebenaran Allah, jangan takut celaan orang yang mencela.
7. Dan aku diperintahkannya banyak-banyak mengucapkan : "La Haula wala Quwwata illa Billah". Karena itu adalah satu perbendaharaan di bawah arasy".

[Dirawikan oleh Imam Ahmad, dari Abu Zar al-Ghifari, Tafsir Al-Azhar HAMKA Juz VI Surat Al-Maidah/54 hal. 288]



Dari Syeikh Abdul Kodir Zaelani berkata,”
Ada 4 hal yang membuat iman dan agama seseorang rusak atau lenyap yaitu:
1. Tidak mau beramal terhadap yang diketahui
2. Tidak mau belajar apa yang tidak diketahui
3. Melakukan pekerjaan atas dasar tidak diketahui
4. Menghalangi orang belajar sesuatu yang tidak mereka ketahui

“Sebuah Penghargaan”
by Inor74

Hanya sedikit kalimat yg mampu menjabarkan
Meski tak cukup tuk menjelaskan smuanya
Sebuah penghargaan
Akan hari kelahiranku

Kala pagi mentari terang bersinar
Tak malu seperti hari-hari sebelumnya
Menyiratkan keceriaan seiring pertambahan usia
Meski dasarnya berkurang hak hidup didunia

Senyum mesti kulayangkan kesetiap pemberi slamat
Meski hati kecil ciut
Karena tak mampu tuk memberi balasan lebih


Sebuah penghargaan
Terniang dalam sanubariku
Sebuah penghargaan
Kutanam dalam Akal kepalaku
Sebuah penghargaan
Terlepas dari cara gaul jaman ini
Sebuah penghargaan
Yg kurasa aku cukup gembira


Trima kasih semua
Atas kegembiraan ini
Berharap ini jadi cikal
Seluruh kebaikan yg lahir mulai detik ini


Jakarta, 13 April 2005
09.00 WIB